Senin, 28 Januari 2013

Teknis Budidaya Melon Dengan Nasa

Budidaya melon menunjukkan prospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras, miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman serta faktor pemeliharaan tidak diperhatikan maka keuntungan akan menurun.
PT. Natural Nusantara berusaha membantu meningkatkan produktivitas melon secara Kuantitas, Kualitas, dan Kelestarian lingkungan ( Aspek K-3 ).


II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Perlu penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya. Pada kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit. Suhu optimal antara 25-300C. Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon. Hujan terus menerus akan merugikan tanaman melon. Tumbuh baik pada ketinggian 300-900 m dpl.

2.2. Media Tanam
Tanah yang baik ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik seperti andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah, pH tanah 5,8-7,2.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan
3.1.1. Pembuatan Media Semai
Siapkan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan + 1 minggu di tempat yang teduh dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).
Campurkan tanah halus (diayak) 2 bagian/2 ember (volume 10 lt), pupuk kandang matang yang telah diayak halus sebanyak 1 bagian/1 ember, TSP (± 50 gr) yang dilarutkan dalam 2 tutup POC NASA, dan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang 1-2 kg . Masukkan media semai ke dalam polybag ukuran 8x10 cm sampai terisi hingga 90%.

3.1.2. Teknik Penyemaian dan pemeliharaan Bibit

Rendam benih dalam 1 liter air hangat suhu 20-250C + 1 tutup POC NASA selama 8-12 jam lalu diperam + 48 jam. Selanjutnya disemai dalam polybag, sedalam 1-1,5 cm. Benih disemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1. Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh sejak terbit hingga tenggelam. Diberi perlindungan plastik transparan yang salah satu ujungnya terbuka.
Semprotkan POC NASA untuk memacu perkembangan bibit, pada umur bibit 7-9 hari dengan dosis 1,0-1,5 cc/liter. Penyiraman dilakukan dengan hati-hati secara rutin setiap pagi.
Bibit melon yang sudah berdaun 4-5 helai atau tanaman melon telah berusia 10-12 hari dapat dipindahtanamkan dengan cara kantong plastik polibag dibuka hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi sebelumnya, bedengan jangan sampai kekurangan air.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Pembukaan Lahan

Sebelum dibajak digenangi air lebih dahulu semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan pembajakan dengan kedalaman sekitar 30 cm. Setelah itu dilakukan pengeringan, baru dihaluskan.

3.2.2. Pembentukan Bedengan
Panjang bedengan maksimum 12-15 m; tinggi bedengan 30-50 cm; lebar bedengan 100-110 cm; dan lebar parit 55-65 cm.

3.2.3. Pengapuran
Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit , untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.

3.2.4. Pemupukan Dasar


Pupuk
Kandang
(ton/ ha)
Dosis Pupuk Makro
( gram/ pohon )
Dosis POC NASA
Urea
SP36
KCl
4-5
12
20
8
30-60 tutup /1000 m2
+ air secukupnya (siramkan)

Hasil akan lebih baik jika pada pemupukan dasar, POC NASA diganti SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis 1-2 botol/1000 m2 dengan cara :
Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.

3.2.5. Pemberian Natural GLIO
Untuk mencegah serangan penyakit karena jamur terutama penyakit layu, sebaiknya tebarkan Natural GLIO yang sudah disiapkan sebelum persemaian. Dosis 1-2 kemasan per 1000 m2

3.2.6. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)
Pemasangan mulsa sebaiknya saat matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Biarkan bedengan tertutup mulsa 3-5 hari sebelum dibuat lubang tanam.

3.3. Teknik Penanaman3.3.1. Pembuatan Lubang Tanam
Diameter lubang + 10 cm, jarak lubang 60-80 cm. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segiempat atau segitiga.

3.3.2. Cara Penanaman
Bibit siap tanam dipindahkan beserta medianya. Usahakan akar tanaman tidak sampai rusak saat menyobek polibag.

3.4. Pemeliharaan Tanaman3.4.1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 3-5 hari setelah tanam. Setelah selesai penyulaman tanaman baru harus disiram air. Sebaiknya penyulaman dilakukan sore hari
3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma/ rumput liar.
3.4.3. Perempelan
Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang utama.
3.4.4. Pemupukan
Waktu
Dosis Pupuk Makro ( gram/ pohon )
Urea
SP-36
KCl

Umur 10 hari
12
12
10

Umur 20 hari
12
12
10

Umur 30 hari
12
8
12

Umur 40 hari
12
8
20
POC NASA :
( per ha )
Mulai umur 1 minggu – 6 atau 7 minggu

POC NASA disemprotkan ke tanaman :
  • Alternatif 1 : 6-7 kali ( interval 1 minggu sekali) dgn dosis 4 tutup botol/ tangki
  • Alternatif 2 : 4 kali (interval 2 minggu sekali ) dgn dosis 6 tutup botol/ tangki

3.4.5. Penggunaan Hormonik
Dosis HORMONIK : 1-2 cc/lt air atau 1-2 tutup HORMONIK + 3-5 tutup POC NASA setiap tangki semprot. Penyemprotan HORMONIK mulai usia 3-11 minggu, interval 7 hari sekali.

3.4.6. Penyiraman
Penyiraman sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai akan dipetik buahnya kecuali hujan. Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali.

3.4.7. Pemeliharaan Lain
a. Pemasangan Ajir

Ajir dipasang sesudah bibit mengeluarkan sulur-sulurnya. Tinggi ajir + 150 - 200 cm. Ajir terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan beban buah + 2-3 kg. Tempat ditancapkannya ajir + 25 cm dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh bisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya.
b. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada tanaman melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal dipangkas adalah cabang yang dekat dengan tanah dan sisakan dua helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh dipangkas dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan dihentikan, jika ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Kutu Aphis (Aphis gossypii Glover )

Ciri: mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Aphis muda berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala: daun tanaman menggulung, pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun dihisap hama. Pengendalian: (1) gulma selalu dibersihkan agar tidak menjadi inang hama; (2) semprot Pestona atau Natural BVR.

b. Thrips (Thrips parvispinus Karny)
Ciri: menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa berwarna kekuning-kuningan dan dewasa berwarna coklat kehitaman. Serangan dilakukan di musim kemarau. Gejala: daun muda atau tunas baru menjadi keriting, dan bercak kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal. Gejala ini harus diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama thrips. Pengendalian: menyemprot dengan Pestona atau Natural BVR.

3.5.2. Penyakit
a. Layu Bakteri

Penyebab: bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkan dengan perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralis Motschulsky). Gejala: daun dan cabang layu, terjadi pengerutan pada daun, warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tanaman layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau. Apabila batang tanaman yang dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang. Pengendalian: penggunaan Natural GLIO sebelum tanam.

b. Penyakit Busuk Pangkal Batang (gummy stem bligt)
Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker. Gejala: pangkal batang seperti tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun yang terserang akan mengering. Pengendalian: (1) penggunaan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan; (2) daun yang terserang dibersihkan. (3) gunakan Natural GLIO sebelum tanam sebagai pencegahan.

Catatan: Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.5.3. Gulma

Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus dilakukan sejak tumbuhan masih kecil, karena jika sudah besar akan merusak perakaran tanaman melon.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen

a. Tanda/Ciri Penampilan Tanaman Siap Panen
1. Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal
2. Jala/Net pada kulit buah sangat nyata/kasar
3. Warna kulit hijau kekuningan.
b. Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.
c. Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.

3.6.2. Cara Panen
a. Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk memperpanjang masa simpan buah.
b. Tangkai dipotong berbentuk huruf "T" , maksudnya agar tangkai buah utuh.
c. Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap dipanen.
d. Buah yang telah dipanen disortir. Kerusakan buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari karena akan mengurangi harga jual.

3.6.3. Penyimpanan
Buah melon tidak boleh ditumpuk, yang belum terangkut disimpan dalam gudang. Buah ditata rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan harus bersih dan kering.
Baca selengkapnya.... »

Pola SRI - Teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi

Pola SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%.
Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 -84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, asal Prancis. Metodologi ini selanjutnya dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI.

Hasil metode SRI sangat memuaskan. Di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen.

Lima dasar  praktis dari pola SRI adalah :
1. menggunakan bibit muda
2. jarak tanam yang lebar dengan bibit tunggal
3. mempertahankan tanah basah tapi tidak menggenang
4. mempertinggi soil organik
5. sirkulasi dalam tanah terjaga semaksimal mungkin

Teknis Budidaya Padi Organik NASA Metode SRI sbb:

1. Pengolahan Tanah

Mula-mula tanah dibajak menggunakan traktor atau tenaga sapi atau kerbau. Selanjutnya tanah digaru sambil disebari Dolomit 250 – 500 kg dan pupuk organik SUPERNASA 5 – 10 kg per ha.
Pada saat menggaru dan meratakan tanah, usahakan agar air tidak mengalir di dalam sawah supaya unsur hara yang ada di tanah tidak hanyut. Setelah tanah diratakan,buatlah parit di bagian pinggir dan tengah tiap petakan sawah untuk memudahkan pengaturan air.

2. Persiapan Bibit

Kebutuhan benih untuk tanaman padi model SRI adalah 5-7 kg per hektar lahan.Benih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam. Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung.
Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut. Kemudian benih telah diuji direndam POC NASA dosis 2 tutup / 10 liter air selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik atau kompos (1:1) didalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm selama 7 hari. Setelah umur 7-10 hari benih padi sudah siap ditanam

3. Penanaman

Bibit siap dipindahkan ke lahan setelah mencapai umur 7 – 10 hari setelah semai. Kondisi air pada saat tanam adalah “macak-macak” (Jawa.) atau kondisi tanah yang basah tetapi bukan tergenang.
Pada metode SRI digunakan sistem tanam tunggal, yaitu satu lubang tanam diisi satu bibit padi. Selain itu, bibit ditanam dangkal, yaitu pada kedalaman 2—3 cm dengan bentuk perakaran horizontal (seperti huruf L).
Jarak tanam yang digunakan dalam metode SRI adalah jarak tanam lebar, misalnya 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm. Semakin lebar jarak tanam, semakin meningkat jumlah anakan produktif yang dihasilkan oleh tanaman padi. Penyebabnya, sinar matahari bisa mengenai seluruh bagian tanaman dengan lebih baik sehingga proses fotosintesis dan pertumbuhan tanaman terjadi dengan lebih optimal. Jarak tanam yang lebar ini juga memungkinkan tanaman untuk menyerap nutrisi, oksigen dan sinar matahari secara maksimal.

4. Pemupukan Setelah Tanam

Pemupukan susulan dilakukan umur 15-20 hari setelah tanam dengan UREA = 100 kg dan NPK = 100 kg, umur 40-50 hari setelah tanam ZA = 50 kg dan NPK = 100 kg ditambah  POWER NUTRITION sebanyak 2,5 – 5 kg per ha. Penyemprotan POC NASA dan HORMONIK dilakukan pada umur 15, 30 dan 40-45 hari setelah tanam dengan dosis 4-6 tutup POC NASA + 1-2 tutup HORMONIK atau dengan 1 sachet GREENSTAR per tangki ukuran 14-17 liter.

5. Pengelolaan Air dan Penyiangan

Proses pengelolaan air dan penyiangan dalam metode SRI dilakukan sebagai berikut :
  1. Ketika padi mencapai umur 1-8 hari sesudah tanam (HST), keadaan air di lahan adalah “macak-macak”.
  2. Sesudah padi mencapai umur 9-10 HST air kembali digenangkan dengan ketinggian 2-3 cm selama 1 malam saja. Ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan tahap pertama.
  3. Setelah selesai disiangi, sawah kembali dikeringkan sampai padi mencapai umur 18 HST.
  4. Umur 19-20 HST sawah kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap kedua.
  5. Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1-2 cm dan kondisi ini dipertahankan sampai padi “masak susu” (± 15-20 hari sebelum panen).
  6. Kemudian sawah kembali dikeringkan sampai saat panen tiba.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dilakukan dengan sistem PHT ( Pengelolaan Hama Terpadu). Dengan sistem ini, petani diajak untuk bisa mengelola unsur-unsur dalam agroekosistem (seperti matahari, tanaman, mikroorganisme, air, oksigen, dan musuh alami) sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman. Cara yang dilakukan petani misalnya dengan pestisida organik berupa ramuan yang diolah dari bahan-bahan alami dan musuh alami yang berasal dari jamur dan virus untuk menghalau hama, seperti wereng, penggerek batang, walang sangit, keong mas dan burung. Untuk mencegah hama tersebut semprotkan PESTONA dan BVR secara selang seling tiap 1-2 minggu sekali.
Untuk pengendalian gulma, metode SRI mengandalkan tenaga manusia dan sama sekali tidak memakai herbisida. Biasanya digunakan alat bantu yang disebut “sosrok”. .Ini adalah semacam garu yang berfungsi sebagai alat pencabut gulma. Dengan alat ini, gulma yang sudah tercabut sekaligus akan dibenamkan ke dalam tanah untuk menambah bahan organik tanah. Perlu diingat, bahwa dalam aplikasi metode SRI, gulma yang tumbuh akan relatif banyak karena sawah tidak selalu ada dalam kondisi tergenang air.

METODE SRI menguntungkan PETANI, karena :

   1. meningkatkan produksi lebih dari 50 %
   2. bibit berkurang 80-90%
   3. air irigasi bekurang 25-50%
   4. pupuk kimia dikurangi atau bisa ditiadakan
   5. beras yang dihasilkan lebih tinggi dan eunak tenan.

      Ir. Agus Budi Setyono adalah Teknical Servis PT. Natural Nusantara (Nasa) Jogja
Baca selengkapnya.... »

Menggenjot Produksi Padi dengan SUPER NASA GRANULE

Semestinya, kenaikan harga beras yang berulang setiap tahun dijadikan peluang untuk menggenjot produksi. Tentu, bagi sentra-sentra produksi padi seperti di Jawa, upaya meningkatkan produksi hanya bisa ditempuh dengan intensifikasi. Akibat penyempitan lahan di Jawa, Sumatera, dan Bali, upaya untuk meningkatkan produksi padi hanya dapat dilakukan dengan intensifikasi. Salah satu trik yang bisa diterapkan adalah menambahkan pupuk SUPER NASA GRANULE.
Aplikasi pupuk   SUPER NASA GRANULE  sangat efektif dan efisien, karena hanya dibutuhkan 50 kg per hektar. Selain mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap SUPER NASA GRANULE  juga diperkaya dengan ZPT yang berfungsi sebagai perangsang akar, batang dan buah. Penggunaan SUPER NASA GRANULE  dapat mengurangi kebutuhan pupuk makro UREA, TSP, KCL maksimal 50% dari total penggunaan.
Sebelum menambahkan pupuk mikro, produksi padi Ciherang yang ditanam Bapak Sakti di Madiun, pada musim hujan rata-rata hanya 8 ton GKP per ha. Sedangkan saat musim kemarau rata-rata 8.7 ton. Sebaliknya, setelah mengaplikasikan pupuk SUPER NASA GRANULE, hasil panen musim hujan meningkat menjadi 9-9,5 ton per ha, atau naik hingga 19%. Demikian pula sewaktu musim kemarau, meningkat menjadi rata-rata 12 ton GKP per ha (20%).
Dengan menambahkan 50 kg pupuk SUPER NASA GRANULE, Bapak Sakti mengeluarkan tambahan biaya produksi Rp.950.000 per ha. Penggunaan pupuk makro UREA, TSP & KCL dikurangi sampai 50%, jika semula beliau menggunakan makro NPK Phonska sebanyak 700 kg, dengan menggunakan pupuk SUPER NASA GRANULE beliau hanya memerlukan 350 kg pupuk makro, ini berarti pengurangan biaya pupuk makro sebesar Rp. 840.000, ini berarti ada penambahan modal sekitar Rp. 110.000. Tambahan modal itu nyaris tak berarti bila dibandingkan hasil panennya.
Natural Nusantara: Menanam Padi di Lahan Pasir
Tak dapat dipungkiri, pemahaman sebagian besar petani terhadap konsep pemupukan lengkap berimbang hingga kini masih rendah. Buktinya, sampai sekarang mereka lebih banyak mengandalkan pupuk Urea, SP-18, KCl maupun ZA. Padahal pupuk itu pun hanya dapat memenuhi sebagian unsur hara makro, seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), atau Sulfur (S).
Menurut Prof. Dr. Iswandi Anas, Pakar Bioteknologi Tanah di Faperta IPB, untuk tumbuh dengan baik semua tanaman termasuk padi memerlukan paling tidak 16 unsur hara esensial. Terbagi atas unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S) serta unsur mikro (Fe, Mn, Mo, B, Cu, Zn, dan Cl). “Pupuk mikro hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Kalau takaran pupuk makro butuh ratusan kg per ha, pupuk mikro hanya 0,5-10 kg,” jelasnya.
Hal senada diutarakan Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si., Spesialis Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, juga di IPB. “Walaupun dibutuhkan sedikit, keberadaan pupuk mikro sangat penting,” ujarnya. Bila tidak diperhatikan, lanjut dia, tanaman akan menunjukkan gejala defisiensi (kekurangan). Kalau sudah terjadi defisiensi, walaupun diberi perlakuan pupuk mikro, tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman tidak akan bisa pulih.
Bulir padi dengan pupuk SUPER NASA GRANULE
“Meskipun pupuk mikro hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit, ia menentukan produksi. Perlu diingat, yang paling menentukan produksi adalah unsur hara yang berada dalam keadaan paling minimal,” ungkap Iswandi, yang juga Dewan Pupuk Nasional, itu.
Perlu Edukasi
Di pasaran, sudah banyak beredar pupuk mikro kemasan. Ada kemasan yang hanya berisi beberapa unsur mikro, ada pula yang digabung dengan unsur makro, ditambah zat pengatur tumbuh maupun mikroba.
Sayangnya kenyataan di lapangan, petani masih banyak yang enggan untuk menggunakannya. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani mengenai jumlah dan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Ditambah lagi kurangnya edukasi dari pemerintah tentang manfaat hara mikro bagi pertumbuhan dan perkembangan padi.
“Sejak revolusi hijau, pemerintah memprogramkan peningkatan produksi padi melalui pemanfaatan pupuk makro, terutama yang berbasis N. Oleh sebab itu, sampai sekarang masih 60% petani menggunakan pupuk makro berbasis N,” imbuh Rahmat S. Sargani, produsen pupuk, di Bandung.
Tidak mengherankan bila aplikasi pupuk makro tidak diikuti peningkatan produksi. Sebab, untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman tidak memperoleh nutrisi yang lengkap. Jangankan memenuhi unsur mikro, pemberian hara makronya saja tidak lengkap. “Kalau tanaman sudah menampilkan gejala defisinsi hara mikro, pengurangan produksi bisa lebih dari 50%, walaupun kita sudah mengaplikasikan pupuk makro,” tandas Atang. “Pupuk mikro masih PR bagi kita karena baru menyelesaikan N, P, K, Ca, dan Mg,” imbuh Catur.
Saatnya Dimanfaatkan
Tampaknya penggunaan pupuk mikro wajib dilakukan. Sebab, menurut Iswandi, tanah darat maupun sawah di Indonesia hampir semuanya sudah sakit. “Sekitar 73% tanah pertanian kita kadar bahan organiknya sudah kurang dari 1%. Padahal, bahan organik ini ibarat nyawa bagi tanah,” tandasnya.
“Umumnya, lahan yang terus-menerus ditanami tanpa penambahan unsur mikro pasti akan tereksploitasi. Sebab, unsur mikro terus terpanen dari tanah. Oleh karena itu, pupuk mikro wajib kita tambahkan,” papar Catur.
Sebagai gambaran, setiap 1 ton jerami padi mengandung 9 kg N, 2 kg  P, 30 kg Silikat (Si), 6 kg Ca, dan 2 kg Mg. Bila jerami itu tidak dikembalikan ke sawah, tentu unsur hara mikro Si kian terkuras. Padahal Si, menurut Iswandi, sangat dibutuhkan oleh padi. Hara Si diperlukan untuk menjadikan tanaman membentuk daun yang tegak sehingga daun efektif melakukan fotosintesis.
Menurut Atang, daerah yang kekurangan unsur mikro, biasanya dijumpai pada lahan asam dan tanah basa. Seperti tanah mineral berbahan induk masam atau berbahan organik rendah, tanah berpasir putih (kuarsa), tanah berdrainase buruk, dan lahan yang terus-menurus dipupuk fosfat. “Sawah di Jawa cenderung sudah jenuh fosfat. Kalau sudah jenuh fosfat, semua unsur hara diendapkan menjadi garam fosfat yang tidak bisa diserap tanaman,” terang Iswandi. Dari 100 kg pupuk fosfat (TSP/SP-18) yang kita berikan, lanjut dia, hanya 15%—20% yang diserap tanaman. Sisanya yang 85% mengendap. “Bukan hanya mengendap sendirian tetapi juga mengendapkan unsur hara mikro,” urainya.
Beberapa wilayah di Indonesia yang miskin unsur mikro, terutama Fe, Zn, dan Mn, adalah Sulawesi, Maluku, Nusatenggara Barat, dan Nusatenggara Timur. “Memang, ada daerah tertentu yang salah satu kandungan unsur mikronya tinggi, tapi daerah lain malah sebaliknya. Oleh sebab itu, sebelum merekomendasikan penggunaan pupuk mikro, kita lihat dulu kandungan unsur di dalam tanahnya. Lalu, melihat tanaman apa yang diusahakan,” papar Benny Hermawan MM., Direktur Utama PT Andalan Chemist Indonesia, produsen pupuk di Jakarta.
Menurut perhitungan Catur, paling tidak empat unsur mikro yang harus diutamakan, yaitu Boron (B), Mangan (Mn), Besi (Fe), dan Tembaga (Cu). Sedangkan menurut Atang, dari 7 unsur mikro itu, yang paling banyak dibutuhkan tanaman berturut-turut adalah Fe, Mn, Cu, dan Zn (Seng). Sementara Molibdenum (Mo), paling sedikit diperlukan tanaman.
Sebenarnya, menurut Iswandi, untuk mengembalikan kesuburan tanah bisa dilakukan dengan pemupukan organik, seperti pupuk kandang maupun kompos. Kedua pupuk organik itu akan mengekstraksi semua unsur hara (makro dan mikro) yang terikat dalam partikel tanah sehingga bisa diserap akar tanaman. Sayangnya, kandungan unsur mikro dalam pupuk organik ini rendah. Karena itu, pada lahan tertentu, penambahan hara mikro tetap diperlukan. “Kalau pemanfaatan pupuk organik itu dipertahankan, penurunan unsur hara mikro tidak akan drastis,” urainya.
Kesimpulan
Penggunaan pupuk mikro mutlak diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan hara pada tanaman, penggunaan pupuk organik juga diperlukan untuk memperbaiki kualitas tanah dan melarutkan residu kimia yang ada pada tanah, semua kebutuhan tanaman ada pada pupuk SUPER NASA GRANULE, dengan dosis rendah mampu meningkatkan produktifitas tanaman
Baca selengkapnya.... »

Budidaya Pembesaran Ikan Gurami

I. Perkenalan dengan gurami
Ikan gurami (Oshpronemus gouramy) merupakan ikan asli Indonesia dan berasal dari perairan daerah Jawa Barat. Ikan ini merupakan salah satu komoditi perikanan air tawar yang cukup penting apabila dilihat dari permintaannya yang cukup besar dan harganya yang relatif tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas, nila, tambakan dan tawes. Ikan gurami merupakan salah satu sumber protein yang cukup tinggi. Bagi masyarakat umum, ikan ini dipandang sebagai salah satu ikan bergengsi dan biasanya disajikan pada acara-acara yang dianggap penting. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila ikan gurami menjadi salah satu komoditi unggulan di sektor perikanan air tawar.
Selama ini masyarakat mengenal beberapa jenis gurami, antara lain: angsa, jepun, blausafir, paris, bastar dan porselen. Gurami porselen lebih unggul dalam hal menghasilkan telur. Ikan gurami dapat tumbuh normal di daerah pada ketinggian 50-400 m dpl. Kualitas air pemeliharaannya harus bersih, dasar kolamnya tidak berlumpur dan tidak terlalu keruh. Kedalaman kolam 70-100 cm. Pengairan yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Umumnya budidaya ikan gurami masih dilaksanakan oleh masyarakat dengan teknologi semi intensif. Masa pemeliharaanya relatif lama sehingga dilakukan dalam beberapa tahap pemeliharaan yaitu tahap pembenihan, tahap pendederan dan tahap pembesaran, dimana pada masing-masing tahapan menghasilkan produk yang dapat di pasarkan secara tersendiri. Selain lebih mahal, ikan gurami ini memiliki banyak penggemar fanatik, sehingga cocok dikembangkan untuk menambang keuntungan.
Ikan gurami adalah ikan air tawar yang banyak digemari konsumen. Dagingnya empuk, rasanya enak dan gurih serta harganya pun relatif lebih mahal bila dibandingkan jenis ikan air tawar lainnya.
Ikan gurami merupakan ikan yang relatif lambat pertumbuhannya dan baru mencapai kematangan telur sekitar umur 2 tahun. Ciri-ciri yang membedakan antara ikan gurami betina dan jantan adalah sebagai berikut :
Gurami betina
Gurami jantan
Dahi dempak (papak)
Dahi menonjol
Dasar sirip dada gelap kehitaman
Dasar sirip dada terang keputihan
Dagu keputihan sedikit coklat
Dagu kuning
Jika diletakkan pada tempat yang datar ekor bergerak-gerak
Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik
Bentuk bibir tipis
Bentuk bibir tebal

II. Teknis Budidaya Pembesaran Gurami
Untuk mendapatkan kualitas ikan gurami yang optimal selama budidaya maka diperlukan persyaratan minimal yang harus dipenuhi, antara lain:
  1. Dilaksanakan di dataran rendah pada ketinggian 20 – 400 m dpl.
  2. Kuantitas dan kualitas air mencukupi. Kualitas air yang dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dasar kolam tidak berlumpur (kekeruhan air 40 cm dari permukaan air), tidak tercemar bahan kimia beracun dan limbah (kadar NH3 tidak lebih besar dari 0,02%), pH air  6,5 - 8. Apabila pH di bawah 6,5 maka untuk menaikkan pH di lakukan pengapuran dengan CaCO3, sedangkan apabilah pH diatas 8 maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang.
  3. Tanah tidak berporous dan cukup mengandung humus, sehingga tanah dapat menahan massa air yang besar dan tidak mudah bocor, sedangkan perbandingan antara tanah liat dan pasir kurang dari 60%:40%.
  4. Kemiringan tanah 3 - 5% untuk memudahkan pengairan kolam.
  5. Temparatur optimum 25 - 30oC.
  6. Kandungan oksigen dalam > 2 ppm.
(1). Persiapan kolam
Sebelum dilakukan kegiatan budidaya, perlu dilakukan pembuatan kolam yang meliputi antara lain pembuatan pematang, saluran pemasukan air dan saluran pembuangan air, pintu pematang air, pintu pembuangan air, caren dan kowean/kobakan, serta pengolahan dasar kolam dengan pupuk dan kapur.
Kolam yang baik untuk gurami berasal dari jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah seperti ini dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor. Kemiringan tanah berkisar 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
Kolam budidaya gurami terdiri dari kolam penyimpanan induk, pemijahan, pendederan, pembesaran, dan pemberokan. Kolam pembesaran berfungsi membesarkan bibit hingga mencapai ukuran ikan konsumsi.  Jumlah bibit yang ditebar sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/m2.
Kolam pemberokan adalah tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan. Kolam ini berukuran 10 x 10 m. Lebar pematang bagian atas 0,5 m, dan bagian bawah 1 m dengan ketinggian 1 m. Setelah kolam siap untuk digunakan pembesaran ikan gurami.

(2).  Pembuatan kolam
Luas kolam optimal untuk pembesaran ± 200 m2 dengan konstruksi kolam berupa kolam tanah. Kedalaman air kolam sekitar 1 m dari dasar kolam dibuat tidak terlalu berlumpur. Bentuk pematang dibuat trapesium yaitu lebih lebar di bagian bawah, dengan kemiringan sebaiknya tidak lebih dari 45oC. Untuk membuat kolam dilakukan pencangkulan guna membalik tanah dasar dengan “keduk teplok”, yaitu memperdalam saluran dan pemetakan kolam yang sekaligus memperbaiki pematangnya, sehingga ketinggian air kolam nantinya mencapai 60 m. Kowean dibuat di tengah kolam dengan ukuran 1×1x0,4 m dan diberi tanggul seperti kolam kecil di dalam kolam. Kowean berfungsi untuk melepaskan benih berat 0,5 gram pada saat penebaran dan tempat unuk menangkap ikan saat panen. Setelah itu membuat caren dengan lebar 30 cm dan dalam 30 cm, yang berfungsi sebagai tampat pengumpulan benih pada saat air kolam dangkal atau surut dan untuk menggiring benih ke kowean saat panen
Pemupukan sebaiknya dilakukan setiap kali pemeliharaan, dan pada saat kolam dikeringkan, dengan tujuan untuk meningkatkan makanan alami. Caranya, pertama-tama diberi pupuk kandang 7,5 kg untuk tiap 100 m2 kolam. Air disisakan sedikit demi sedikit sampai ketinggian 10 cm, dan dibiarkan selama 3 hari. Kemudian dilanjutkan pupuk buatan (kimia), seperti TSP atau Urea, 500 gram setiap 100 m2 kolam. Pupuk ditebarkan merata ke setiap dasar dan sudut kolam.
Pada saat persiapan pembuatan kolam dilakukan juga pengeringan dasar kolam. Setelah dasar kolam kering, diberikan kapur dengan dosis 100-200 gr/m2 dan pupuk kandang 500-1.000 gr/m2. Pupuk kandang yang cukup baik untuk digunakan adalah kotoran ayam karena memiliki unsur hara yang lengkap untuk menumbuhkan pakan alami, mudah terurai dan kandungan amoniaknya tidak terlalu tinggi. Pemupukan dilakukan untuk menyuburkan tanah sekaligus menumbuhkan pakan alami seperti fitoplankton, zooplankton dan bentos yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan larva dan benih ikan gurami. Setelah itu dilakukan pengisian air dan dibiarkan selama 7 hari untuk memberi kesempatan pupuk terurai dan menumbuhkan pakan alami bagi benih gurami. Persediaan pakan alami ini dapat memenuhi kebutuhan benih ikan selama 11-14 hari.
(3). Pembesaran
Pembesaran merupakan tahapan akhir dari pemeliharaan yang menghasilkan gurami siap konsumsi. Faktor yang perlu diperhatikan adalah ukuran kolam dengan ukuran bibit yang ditebar, kualitas air kolam/lingkungan, pakan tambahan dan teknis budidayanya menggunakan monokultur atau polikultur. Polikultur adalah cara pemeliharan gurami secara bersama-sama dengan ikan jenis lain, seperti tawes, mas, nilam, atau mujair. Cara ini lebih menguntungkan, mengingat pertumbuhan gurami lambat. Sedangkan monokultur, pemeliharaan khusus untuk gurami. Debit air kolam yang baik 3 liter/detik, sedangkan polikultur idealnya 6-12 liter/detik dengan keasaman air (pH) 6,5 - 8, dan suhu berkisar 24 - 28 oC.
Ikan yang dipelihara dapat berukuran berat 200-250 gram/ekor dan ditebar dengan kepadatan benih ± 1 - 2 kg/m2.
Dosis pemberian pakan ikan gurami seperti berikut:
Ukuran ikan (gr)
Penggunaan bahan baku (%)
  40 - 100
4,5 – 6,0
100 - 200
2,0 – 4,0
200 - 500
1,5 – 1,8
Untuk memudahkan pengelolaan pemberian pakan sebaiknya menggunakan takaran yang baku yaitu pellet diberikan sebanyak 2% biomass/hari pada pagi dan sore hari dan hijauan berupa daun-daunan, seperti: pepaya, keladi, ketela pohon, genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun, labu dan dadap sebnyak  5% biomass/hari pada sore hari. Dalam waktu 4 bulan ikan akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 500-700 gram/ekor.
Panen gurami tergantung permintaan konsumen. Umumnya, setelah gurami berumur 2 - 3 tahun. Umur 2 tahun, ukuran panjangnya mencapai 25 cm, dan berat 0,3 kg/ekor, umur 3 tahun panjangnya sekitar 35 cm dan beratnya 0,7 kg/ekor. Untuk ikan berumur 4 tahun panjangnya dapat mencapai 40 cm dan berat 1.5 kg/ekor. Pemanenan dilakukan dengan mengurangi air kolam dan ditangkap menggunakan alat seser dan diminimalkan terjadinya ikan luka dan terjadinya kematian.
 (4). Hama dan Penyakit
Hama yang biasanya menganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI), belut (Monopterus albus Zueiw), lele (Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh lainnya adalah biawak (Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus Bodd), katak (Rana spec), ular dan bermacam-macam jenis burung. Beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam perolehan makanan. Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak dicampur pemeliharaannya dengan jenis ikan yang lain. Untuk menghindari gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasangi serumbung atau saringan ikan agar hama tidak masuk dalam kolam.
Penyebab penyakit  didalam budidaya gurami dapat bersifat infeksi dan non infeksi. Gangguan penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami pada saat musim penghujan dimana suhu menjadi lebih lebih dingin. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme patogen seperti prasit, bakteri ataupun virus sehingga dapat menular dengan cepat baik lewat media pemeliharaan ataupun lewat bersinggungan langsung lewat antar ikan maupun pembudidaya. Penyakit yang non infeksi disebabkan oleh non patogen seperti nutrisi, kualitas air, keracunan/polutan, genetik maupun penanganan (handling).
Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit infeksi oleh patogen adalah sebagai berikut :
  • Penyakit pada kulit :
Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir.
  • Penyakit pada insang :
Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.
  • Penyakit pada organ dalam :
Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.
Salah satu parasit yang sering menyerang ikan gurami adalah Argulus indicus yang tergolong crustacea tingkat rendah yang hidup sebagai ektoparasit, berbentuk oval atau membundar dan berwarna kuning bening. Parasit ini menempel pada sisik atau sirip dan dapat menimbulkan lubang kecil yang akhirnya akan menimbulkan infeksi. Selanjutnya infeksi ini dapat menyebabkan patah sirip atau cacar. Parasit lainnya adalah bakteri Aeromonas hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing thematoda yang berasal dari siput-siput kecil. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat dan memindahkan ikan ke dalam kolam lain dan melakukan penjemuran kolam yang terjangkit penyakit selama beberapa hari agar parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset. Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya lebih berat dapat menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK), neguvon dan garam dapur. Alternatif lain, daun lambesan (Chromolaena odorata) digunakan sebagai antibiotik dengan cara dimasukkan ke dalam kolam sebelum ikan di tebar yaitu pada saat pengolahan kolam.
Penyakit nutrisi disebabkan oleh satu atau beberapa unsur hara yang diperlukan serta ketidakseimbangan komposisi pakan yang diberikan kepada ikan. Pakan yang kurang bermutu, seperti kekurangan vitamin dapat mengakibatkan menurunnya kekebalan ikan terhadap penyakit, menghambat pertumbuhan ikan dan mudah terserang penyakit. Gejala-gejala penyakit ikan akibat kekurangan nutrisi seperti kurang nafsu makan, perut kembung, perubahan warna kulit, kelainan bentuk tulang, sirip rontok, mata menonjol, tumbuh lambat, iritasi, pendarahan kulit, rentan penyakit ataupun efisiensi pakan buruk. Cara mengatasinya harus menggunakan pakan dengan kualitas baik dan tepat ukurannya serta bebas dari bahan-bahan yang tercemar yang dapat membahayakan kesehatan ikan. Pemberian pakan harus teratur sehingga pengamatan tingkah laku dan nafsu makan dapat terpantau perkembangannya.

Untuk meningkatkan nafsu makan, memacu pertumbuhan ikan dan meningkatkan kekebalan tubuh ikan gurami, PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) Jogjakarta menyediakan produk VITERNA, POC NASA dan HORMONIK yang berperan sebagai sumber mineral, vitamin dan beberapa protein serta terbuat dari bahan-bahan organik sehingga akan mempercepat waktu panen ikan dengan kualitas ikan yang lebih baik dan mengurangi angka kematian ikan. 

Baca selengkapnya.... »

Natural Pentana

Natural PENTANA merupakan salah satu alternatif pengendalian hama yang efektif, efisien dan ramah lingkungan. Dibuat dari saripati beberapa tumbuhan khusus dengan proses alami. Keunggulan dari PENTANA, merupakan pengendali hama organik, mengendalikan hama sasaran secara cepat, mudah diaplikasikan di lapangan, tidak membunuh musuh alami, tidak mencemari lingkungan, mudah terurai (biodegradable)

PENTANA merupakan salah satu alternatif pengendalian hama yang efektif, efisien dan ramah lingkungan. Dibuat dari saripati beberapa tumbuhan khusus dengan proses alami.

KEUNGGULAN
1. Merupakan pengendali hama organik
2. Mengendalikan hama sasaran secara cepat
3. Mudah diaplikasikan di lapangan
4. Tidak membunuh musuh alami
5. Tidak mencemari lingkungan
6. Mudah terurai (biodegradable)

CARA PAKAI :
Campurkan 15 - 45 cc Pentana + 5 -10 cc Aero + sedikit air dalam wadah,aduk rata lalu tuangkan ke tangki semprot dan tambah air hingga penuh.

HAMA SASARAN UTAMA
Hama :
Thrips sp
Aphis sp

Dosis :
1 -3 cc/lt
1 -3 cc/lt

Tanaman :
Cabai, terong, kacang panjang, tanaman hias, jagung, tomat, jeruk, semangka, melon,m dll.

PENTANA SANG PEMBASMI HAMA


Baca selengkapnya.... »