Minggu, 30 September 2012

TON (Tambak Organik Nusantara)


TON (Tambak Organik Nusantara) merupakan formula khusus Tambak Organik yang diproduksi oleh PT Natural Nusantara.
Formula alami (organik) khusus tambak perikanan ini untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi serta menjaga/memperbaiki kelestarian lingkungan tambak dengan memberikan mineral-mineral yang dibutuhkan udang/bandeng, mempercepat pertumbuhan plankton sebagai pakan alami udang/bandeng, serta mengikat logam - logam berat sekaligus membantu mengurai senyawa komplek berbahaya beracun bagi udang/bandeng.
TON (Tambak Organik Nusantara) juga membantu merutinkan molting udang.

Fungsi TON :
  1. Mengikat logam-logam berat yang berbahaya bagi ikan/udang.
  2. Membantu menguraikan senyawa kekal komplek berbahaya dan beracun, seperti : H2S, amoniak, asam laktat, dsb.
  3. Memberikan semua jenis unsur makro, unsur mikro lengkap untuk mempercepat pertumbuhan plankton sebagai pakan alami udang dan bandeng.
  4. Membantu dan merutinkan molting udang.
  5. Membantu sistem pencernaan udang.
  6. Meningkatkan pertumbuhan dan sistem kekebalan tubuh udang.
  7. Membantu perkembangan mikroorganisme yang bermanfaat bagi lingkungan tambak dan bermanfaat bagi pertumbuhan udang/bandeng.
  8. Membantu menciptakan dan mempertahankan ekosistem tambak yang seimbang.
Kandungan Unsur TON :
N 2.67%, P2O5 1.36%, K 1.55%, Ca 1.46 %, S 1.43%, Mg 0.4%, Cl 1.27%, Mn 0.01%, Fe 0.18%, Cu <1.19>
Catatan :
1. Untuk pencampuran pakan menggunakan pupuk organik cair NASA dengan dosis 5 cc/Kg pakan.
2. Pada tahap persiapan lahan tidak diperlukan lagi Urea.
Brosur Tambak Organik NASA
Baca selengkapnya.... »

Sabtu, 29 September 2012

BETERNAK PUYUH

BETERNAK PUYUH
I. Pendahuluan
        Peternakan puyuh secara umum  di Indonesia masih berskala kecil sehingga perlu diusahakan secara komersial dan intensif. Hal ini diperlukan karena adanya pertambahan penduduk yang terus meningkat, disertai dengan ketertarikan terhadap telur puyuh yang lebih murah dan tinggi protein dan semakin meningkatnya daya beli masyarakat. Kebutuhan telur puyuh selama ini belum mencukupi permintaan pasar, baik dalam bentuk telur segar, telur olahan dan telur tetas. Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA  dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) berupaya membantu budidaya puyuh dengan sasaran peningkatan kualitas dan kuantitas telur dan daging.

II. Produktivitas Puyuh
Potensi puyuh sangat bagus untuk dikembangkan. Puyuh pada umur 41 hari sudah mulai bertelur, dibandingkan dengan ayam ras yang membutuhkan waktu 6 bulan untuk mulai bertelur. Harga telur puyuh per kilogram rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam ras. Produksi telur puyuh per tahun mencapai 300 butir per ekor, dibandingkan ayam kampong yang hanya 150 butir per ekor per tahun. Berat telur puyuh rata-rata 10 gram.

III. Memperoleh Anak Puyuh (DOQ)
A.    Membeli DOQ dari pembibit
B.     Membeli telur puyuh tetas dan menetaskan sendiri
C.     Memelihara bibit puyuh

IV. Tata Laksana Pemeliharaan
4.1 Perkandangan
      Puyuh adalah hewan yang sangat peka terhadap suara, sehingga kebisingan dan suara hiruk pikuk yang terjadi di lingkungan sekitarnya menyebabkan puyuh mudah stres. Sehingga dapat menyebabkan penurunan produksi. Kandang sebaiknya jauh dari lokasi pemukiman penduduk. Kandang menghadap ke timur untuk memberikan kesempatan sinar matahari pagi masuk kedalamnya, sehingga ruangan kandang menjadi sehat dan cukup terang serta dapat membunuh kuman penyebab penyakit. Atap kandang tidak dibuat dari seng karena dapat menimbulkan kebisingan. Secara umum, ukuran kandang koloni bgi puyuh berukuran 1 x 1 m, dengan tinggi sekitar 30-35 cm. Untuk memudahkan pengambilan telur, sebaiknya lantai kandang dibuat agak miring sekitar 10 atau 20 derajat. Kandang koloni dapat dibuat bertingkat 3-5 tingkat. Di bawah alas kandang koloni yang berada di bagian atas sebaiknya ditempatkan penampung kotoran agar tidak mengotori kandang koloni dibawahnya.
Alas kandang dapat menggunakan sekam atau ampas gergajian, untuk menghindari terperosoknya kaki-kaki puyuh, selain itu sebagai sumber vitamin B12 yang berguna bagi tubuh puyuh. Untuk kepadatan kandang puyuh yang sudah bertelur adalah sekitar 50 ekor/m2.  Kandang harus dibersihkan setiap hari. Untuk mengurangi bau kotoran yang timbul, dapat diberikan ekstrak jahe dan kunyit yang dicampur pada pakan.   
4.2 Pakan
Kebutuhan jumlah pakan rata-rata bagi puyuh sebagai berikut :
Umur Puyuh
Kebutuhan Jumlah Pakan (gram/hari)
0 – 10 hari
11 – 20 hari
21 – 30 hari
31 – 40 hari
41 hari sampai afkir
2 – 3
4 – 5
8 – 10
12 – 15
17 - 20
Pakan puyuh dapat menggunakan pakan pabrik atau meramu sendiri, ada beberapa peternak juga yang mencampur pakan pabrik dengan bahan baku lokal untuk mengurangi biaya pakan, seperti dedak padi, tepung jagung dan bungkil kedelai.. Kebutuhan kadar protein untuk DOQ mencapai 25%, puyuh grower 20-22% dan untuk puyuh layer 18-20%. Ada kalanya jatah pakan sudah habis, tetapi puyuh masih berkeinginan untuk makan, biasanya pada malam hari, maka penambahan pakan di luar jatah masih dapat ditoleransi sampai 10%. Pemberian diatas itu sudah tidak ekonomis. Selain pakan-pakan diatas, puyuh masih membutuhkan pakan tambahan yang mengandung gizi/nutrisi ternak lengkap yang belum terdapat pada pakan-pakan diatas untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi telurnya.  Sehingga tujuan atau target dari budidaya puyuh yaitu memiliki produksi telur yang  optimal dan sehat dapat tercapai. Sebagai pakan tambahan/pelengkap maka PT. NATURAL NUSANTARA mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus dan POC NASA. Produk-produk ini menggunakan teknologi asam amino, mineral dan vitamin yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh puyuh yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan puyuh.
       VITERNA Plus dan POC NASA mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan itik petelur, yaitu :
·   Asam-asam amino esensial, yaitu Arginin, Hiistidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein tubuh, pembentuk sel dan organ tubuh.
·   Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh itik petelur dari serangan penyakit.
·   Mineral-mineral lengkap yaitu N, P, K,  Ca, mg , Cl dan lain-lain sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim untuk memperlancar proses metabolisme  dalam tubuh.
Cara penggunaannya adalah dengan mencampur/mengoplos VITERNA Plus dan POC NASA menjadi satu botol terlebih dahulu, kemudian. dicampurkan pada air minum dengan dosis : 1 tutup botol campuran VITERNA Plus dan POC NASA untuk sekitar 10 liter air minum, diberikan 3 hari sekali, terutama pada pagi hari. Air minum diberikan tidak terbatas, jika sudah habis harus diisi kembali. Gunakan air yang bersih, bebas dari logam dan mikroorganisme. Tempat penampungan air pun tidak terbuat dari bahan yang mudah berkarat.

V. Pengendalian Penyakit
      Tindakan pertama yang dilakukan pada usaha pemeliharaan puyuh  adalah melakukan pencegahan terjangkitnya penyakit pada ternak. Beberapa langkah pencegahan adalah sebagai berikut :
·   Lahan yang digunakan untuk memelihara puyuh harus bebas dari penyakit menular.
·   Menjaga sanitasi kandang. Apabila digunakan kandang bekas puyuh yang telah terserang penyakit, kandang cukup dicucihamakan dengan disinfektan, kemudian dibiarkan beberapa saat. Apabila kandang tersebut bekas puyuh sehat cukup dicuci dengan air biasa.
·   Melakukan vaksinasi. Vaksinasi bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh puyuh dari penyakit, terutama virus. Vaksinasi yang perlu diberikan adalah vaksin ND. Vaksinasi ND diberikan pada umur 2 hari, 15 hari, 30 hari, dan kemudian diulang setiap 2 bulan sekali dengan dosis separuh dari dosis ayam ras.
·   Mengadakan isolasi. Penyemprotan disinfektan terhadap kendaraan, barang, atau orang yang masuk kandang atau lokasi kandang. Pergantian petugas kandang selama masa produksi sebaiknya tidak dilakukan. Pengambilan telur sebaiknya hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada pagi hari (pukul 07.00 – 08.00) dan pada sore hari (pukul 15.00-16.00).

Beberapa penyakit yang dapat menyerang puyuh adalah: 1) Penyakit ND. Belum ada obatnya, gejala  : gangguan pernafasan, bersin, ngorok, batuk dan sukar bernafas, sayap terkuali, kaki lumpuh, kotoran bewarna hijau bias disertai darah. Langkah yang paling baik adalah dengan melakukan vaksinasi ND secara teratur. 2) Penyakit Bakterial (Salmonellosis, cholera, keracunan, kaki bengkak, Pasteurellosis, Corryza/pilek, Ngorok, Coccidiosis,) Salmonellosis ditandai dengan kotoran puyuh encer dan bewarna hijau keputihan, nafas tersengal-sengal, bulu kusam Dan sayap terkulai. Pengobatan dapart diberikan obat yang mengandung antibiotika Sulfaquinoxaline dan Furasolidane.  Furasolidane dicampurkan pada pakan, sedangkan Sulfaquinoxaline dicampur pada air minum, Cholera ditandai dengan kotorannya hijau kekuningan, pengobatan dengan menyuntikan penicilin pada urat daging dada. Pasteurellosis ditandai dengan kotoran bewarna kehijauan, gangguan pada mata, pernafasan tersumbat, batuk-batuk, pengobatan dengan memberikan obat antibiotika Penicillin, Amoxicillin. Corryza ditandai dengan hidung berlendir atau pilek pada puyuh, Pengobatan dengan memberikan obat antibiotika Streptomicin. Coccidosis ditandai dengan tubuh lemah, kotoran cair dan sering bercampur darah. Pengobatan dengan memberikan obat antibiotika Sulafaquixalibn atau tetra sulfa.  Ngorok dapat diobati dengan memberikan obat antibiotika Spiramycin  ; 3) Penyakit Aspergillosis, disebabkan olah jamur. Terjadi gangguan pernafasan dan puyuh  selalu mengantuk. Obat-obatan dapat diperoleh di toko obat hewan terdekat
Hal penting dalam pengendalian penyakit adalah meningkatkan kesehatan ternak dan kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya serta monitoring/pengamatan yang kontinyu pada ternak sehingga apabila terdapat gejala penyakit, segera dapat diketahui jenis penyakit tersebut dan cara pencegahan dan pengobatannya.
Baca selengkapnya.... »

Jumat, 28 September 2012

Beternak Itik Petelur

BETERNAK ITIK PETELUR
I. Pendahuluan
        Peternakan itik petelur  di Indonesia masih berskala kecil sehingga perlu diusahakan secara komersial dan intensif. Hal ini diperlukan karena adanya pertambahan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya sekitar 1,24% dan semakin meningkatnya daya beli masyarakat. Kebutuhan telur itik selama ini belum mencukupi permintaan pasar, baik dalam bentuk telur segar, telur olahan dan telur tetas. Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA  dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) berupaya membantu budidaya itik petelur dengan sasaran peningkatan kualitas dan kuantitas telur dan daging.

II. Produktivitas Itik Petelur
Produktivitas Itik petelur dapat ditingkatkan, yakni mampu menghasilkan telur 200-250 butir/ekor/tahun. Produktivitas itik petelur dapat ditingkatkan dengan pola pemeliharaan semi intensif dan intensif. Itik mampu berproduksi sepanjang tahun, kecuali itik sedang mengalami rontok bulu

III. Jenis-jenis Itik Petelur di Indonesia
A.     Itik Tegal
Cirinya adalah bentuk badan hampir tegak lurus dan langsing menyerupai botol. Tinggi badan mencapai 50 cm dengan berat badan rata-rata 1,5 kg per ekor. Mulai bertelur berumur 5,5-6 bulan dengan masa produksi selama 11 bulan terus menerus setiap tahunnya. Bobot telur 65-70 gram.Produksi telur mencapai 250 butir/ekor/tahun..
B.     Itik Magelang
Bentuk badan dan produksi telur serta masa mulai bertelur hampir sama dengan itik tegal. Umumnya memiliki bulu bewarna kecoklatan dan memiliki warna putih melingkar di leher seperti kalung.
C.     Itik Mojosari
Postur tubuh sama dengan itik tegal, hanya umumnya lebih kecil. Telur yang dihasilkan lebih besar dan beratnya rata-rata 70 gram/butir dengan cangkang bewarna biru kehijauan. Produksi telur mencapai 200 butir/ekor/tahun. Bulu bewarna kemerahan dengan kombinasi coklat, putih dan hitam.
D.     Itik Alabio
Berasal dari Kalimantan. Postur tubuh segitiga dan jika berdiri membentuk sudut 60 dengan tanah. Produksi telur mencapai 250-300 butir/ekor/tahun. Mulai bertelur umur g bulan. Bulu bewarna abu-abu.

IV. Tata Laksana Pemeliharaan
4.1 Perkandangan
      Kandang sebaiknya menghadap ke timur untuk memberikan kesempatan sinar matahari pagi masuk kedalamnya, sehingga ruangan kandang menjadi sehat dan cukup terang. Tinggi kandang dibuat tidak kurang dari 2 meter. Dinding kandang bagian bawah sebaiknya berupa tembok setinggi 60 cm dari lantai. Sedangkan bagian atas terbuat dari kawat atau bilah-bilah bambu yang diberi jarak. Ukuran atau besar kecilnya kandang tidak menjadi masalah asalkan kepadatan itik per kandang tidak terlampau sesak. Pada prinsipnya, semakin rendah kepadatan itik per kandang akan semakin baik perkembangan itik di dalamnya. Ukuran kepadatan itik per kandang adalah sekitar 4 ekor/m2 untuk kandang tidur dan 2 ekor/m2 untuk kandang main. Jumlah itik dalam satu kandang dianjurkan 50 ekor.
4.2 Pakan
      Bahan baku ransum itik pada umumnya digolongkan menjadi dua, yaitu bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Bahan baku nabati merupakan sumber energi terbaik untuk itik dan cara pengadaannya relative murah. Bahan baku itu antara lain dedak halus, jagung kuning, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, sorgum, tepung terigu dari biji gandum, tepung gaplek, tepung kedelai, ampas tahu, tepung daun papaya, tepung daun turi, tepung daun lamtoro, Bahan baku hewani antara lain : keong, bekicot, cacing. Ada juga yang dalam bentuk olahan pabrik, seperti : tepung ikan, tepung bulu, tepung darah, tepung limbah udang, tepung kerang, tepung kepala udang. Selain pakan-pakan diatas, itik masih membutuhkan pakan tambahan yang mengandung gizi/nutrisi ternak lengkap yang belum terdapat pada pakan-pakan diatas untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi telurnya.  Sehingga tujuan atau target dari budidaya itik petelur yaitu memiliki produksi telur yang  optimal dan sehat dapat tercapai. Sebagai pakan tambahan/pelengkap maka PT. NATURAL NUSANTARA mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus dan POC NASA. Produk-produk ini menggunakan teknologi asam amino, mineral dan vitamin yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh itik petelur yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan itik petelur.
       VITERNA Plus dan POC NASA mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan itik petelur, yaitu :
·   Asam-asam amino esensial, yaitu Arginin, Hiistidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein tubuh, pembentuk sel dan organ tubuh.
·   Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh itik petelur dari serangan penyakit.
·   Mineral-mineral lengkap yaitu N, P, K,  Ca, mg , Cl dan lain-lain sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim untuk memperlancar proses metabolisme  dalam tubuh.
Cara penggunaannya adalah dengan mencampur/mengoplos VITERNA Plus dan POC NASA menjadi satu botol terlebih dahulu, kemudian. dicampurkan pada komboran pakan konsentrat atau pakan lain dengan dosis : 1 tutup botol campuran VITERNA Plus dan POC NASA untuk sekitar 5 kg pakan. Pemberian disarankan sejak itik berumur starter
(1 minggu) sampai produksi/menghasilkan telur

V. Contoh Pola Pemberian Pakan
            Pakan
Umur
Contoh Pakan
Anak Itik/Starter
(1– 8 minggu)
Konsentrat atau pakan ayam starter BR1
(15 gram/minggu/ekor)
Masa pertumbuhan
/Grower
( > 8 minggu)
Kandungan Protein : 18 -21%

Jagung giling 45%, bekatul 15%, bungkil kelapa 4,5%, kedelai 15%, tepung daun lamtoro 5%, tepung ikan 10%, rumput kering 2%, tepung kerang 2%, tepung tulang 1% dan garam 0,5%
Masa Produksi/Layer
Kandungan
Protein : 18%
3 kg konsentrat/pakan pabrik untuk itik petelur produksi, 6 kg jagung giling, 6 kg bekatul, dan 1,5 – 2 kg ketam cincang
Catatan: Secara umum, pemberian pakan selama masa pertumbuhan setiap minggu selalu mengalami kenaikan disesuaikan dengan berat badan itik. Sebagai patokan, kenaikan pakan yang disarankan sekitar 15 gram/minggu/ekor. Jadi pada minggu ke-9, pakan yang diberikan sebanyak 615 gram/minggu/ekor, hingga minggu ke-24 mencapai 840 gram/minggu/ekor. Pemberian pakan atau ransum dilakukan 2 kali sehari, pada pukul 09.00 dan pukul 14.00.
    
VI. Pengendalian Penyakit
      Tindakan pertama yang dilakukan pada usaha pemeliharaan Itik petelur adalah melakukan pencegahan terjangkitnya penyakit pada ternak. Beberapa langkah pencegahan adalah sebagai berikut :
·   Lahan yang digunakan untuk memelihara Itik petelur harus bebas dari penyakit menular.
·   Kandang dan kolam harus kuat, aman dan bebas penyakit. Apabila digunakan kandang bekas Itik yang telah terserang penyakit, kandang cukup dicucihamakan dengan disinfektan, kemudian dibiarkan beberapa saat. Apabila kandang tersebut bekas itik sehat cukup dicuci dengan air biasa.
·   Itik yang baru masuk sebaiknya dimasukkan  ke kandang karantina dulu dengan perlakuan khusus. Itik yang diduga bulunya membawa penyakit sebaiknya dimandikan dengan larutan sabun karbol, Neguvon, Bacticol Pour, Triatex atau Granade 5% EC dengan konsentrasi 4,5 gram/3 liter air. Untuk membasmi kutu, Itik dapat juga dimandikan larutan Asuntol  berkonsentrasi 3-6 gram/3 liter air.
·   Kandang diupayakan tidak lembab dan bebas dari genangan air. Kelembaban yang tinggi dan genangan air dapat digunakan oleh bibit penyakit sebagai media tumbuh dan perkembangbiakannya
·   Dilakukan vaksinasi secara teratur. Vaksinasi bertujuan untuk mencegah terjangkitnya penyakit oleh Virus.
·   Pengaturan kepadatan kandang yang tepat. Kepadatan kandang yang tinggi dapat memicu timbulnya bebagai penyakit.
·   Kebersihan dan kesegeran pakan harus dijaga. Jangan memberikan pakan basi kepada Itik. Pakan harus disimpan di tempat kering, sehingga terbebas dari jamur dan bau apek.

Beberapa penyakit yang dapat menyerang Itik Petelur adalah: 1) Penyakit parasit (berak darah, cacingan), \Cacingan dapat disembuhkan dengan menggunakan obat cacing,kemudian diulang selama 3-4 bulan sekali. Berak darah dapat disembuhkan dengan obat yang mengandung antibiotika Sulfaquinoxaline. Obat-obatan dapat diperoleh di toko obat hewan terdekat ; 2) Penyakit Bakterial (Salmonellosis, cholera, keracunan, kaki bengkak, Pasteurellosis, Corryza/pilek, Ngorok, Coccidiosis,) Salmonellosis ditandai dengan kotoran itik encer dan bewarna hijau keputihan, nafas tersengal-sengal, bulu kusam Dan sayap terkulai. Pengobatan dapart diberikan obat yang mengandung antibiotika Sulfaquinoxaline dan Furasolidane.  Furasolidane dicampurkan pada pakan, sedangkan Sulfaquinoxaline dicampur pada air minum, Cholera ditandai dengan kotorannya hijau kekuningan, pengobatan dengan menyuntikan penicilin pada urat daging dada. Pasteurellosis ditandai dengan kotoran bewarna kehijauan, gangguan pada mata, pernafasan tersumbat, batuk-batuk, pengobatan dengan memberikan obat antibiotika Penicillin, Amoxicillin. Corryza ditandai dengan hidung berlendir atau pilek panda itik, Pengobatan dengan memberikan obat antibiotika Streptomicin. Coccidosis ditandai dengan tubuh lemah, kotoran cair Dan sering bercampur darah. Pengobatan dengan memberikan obat antibiotika Sulafaquixalibn atau tetra sulfa.  Ngorok dapat diobati dengan memberikan obat antibiotika Spiramycin  ; 3) Penyakit Virus (Cacar, Hepatitis Itik); 4) Penyakit lain disebabkan jamur (Pneumonia, Afloktosikosis). Afloktosikosis berasal dari pakan yang terkena jamur. Aflatoksikosis dapat dicegah dengan menjaga kebersihan pakan dan kelembapan tidak tinggi. Pengobatan dengan memberikan obat antibiotika Fenobartial. Obat-obatan dapat diperoleh di toko obat hewan terdekat
Hal penting dalam pengendalian penyakit adalah meningkatkan kesehatan ternak dan kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya serta monitoring/pengamatan yang kontinyu pada ternak sehingga apabila terdapat gejala penyakit, segera dapat diketahui jenis penyakit tersebut dan cara pencegahan dan pengobatannya.
Baca selengkapnya.... »

Rabu, 26 September 2012

Penggemukan Kambing dan Domba

I. Pendahuluan
        Peternakan kambing dan domba Potong di Indonesia sebagian besar masih berskala kecil sehingga perlu diusahakan secara komersial dan intensif. Hal ini diperlukan karena adanya pertambahan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya sekitar 1,24% dan semakin meningkatnya daya beli masyarakat. Kebutuhan daging selama ini belum mencukupi permintaan, ± 400.000 ton/tahun, sehingga masih mengandalkan impor daging. PT. NATURAL NUSANTARA  dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) berupaya menbantu budidaya kambing dan domba potong dengan sasaran peningkatan kualitas dan kuantitas daging.

II.Penggemukan
Penggemukan kambing/Domba adalah pemeliharaan kambing/domba dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan barata badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan)

III. Jenis-jenis kambing dan domba potong
A.     Kambing kacang
Cirinya adalah badannya kecil dan relatif pendek, telinga pendek dan tegak, jantan dan betina memiliki tanduk, leher pendek dan punggung meninggi, warna bulu bervariasi, ada yang hitam, coklat, merah atau belang hitam-putih.
B.     Kambing Peranakan Etawah (PE)
Sasaran utama dari kambing PE pada dasarnya adalah penghasil susu, tetapi dapat digunakan juga sebagai penghasil daging, terutama setelah masa afkir. Ciri dari kambing ini adalah bagian hidung ke atas melengkung, panjang telinga antara 15-30 cm, menggantung ke bawah dan sedikit kaku, warna bulu bervariasi antara hitam dan coklat, memiliki bulu tebal dan agak panjang dibawah leher dan pundak (jantan), di bagian bawah ekor (betina)
C.     Domba Ekor Gemuk
Memiliki ciri bentuk ekor yang panjang, tebal, besar dan semakin ke ujung makin kecil; tidak mempunyai tanduk; sebagian besar bewarna putih, tetapi ada anaknya yang bewarna hitam atau kecoklatan
D.     Domba Ekor Tipis
Memiliki ciri tubuh yang kecil, ekor relatif kecil dan tipis, bulu bewarna putih, tidak bertanduk (betina), bertanduk kecil dan melingkar (jantan).

IV. Pemilihan bibit
Bibit bakalan yang baik untuk pengggemukan adalah sebagai berikut :
1.      umur antara 8 bulan – 1 tahun
2.      Ukuran badan normal, sehat, bulu bersih dan mengkilap, garis punggung dan pinggang lurus
3.      Keempat kaki lurus, kokoh dan tumit terlihat tinggi
4.      Tidak ada cacat pada bagian tubuhnya, tidak buta
5.      Hidung bersih, mata tajam dan bersih serta anus  bersih
   
V. Tata Laksana Pemeliharaan
5.1 Perkandangan
      Pada umumnya tipe kandang pada ternak Kado adalah berbentuk panggung, konstruksinya dibuat panggung atau di bawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung kotoran. Adanya kolong dapat menghindari kebecekan dan kontak langsung dengan tanah yang mungkin tercemar penyakit. Lantai kandang ditinggikan antara 0,5 – 2 m. Bak pakan dapat ditempelkan pada dinding. Ketinggian bak pakan untuk kambing dan domba berbeda. Bak pakan untuk kambing dibuat agak tinggi, kira-kira sebahunya karena kebiasaan kambing memakan daun-daun perdu. Untuk Domba, dasar bak pakan horizontal dengan lantai kandang karena kebiasaan domba merumput. Lantai kandang dibuat dari kayu papan atau belahan bambu yang disusun dengan jarak 2-3 cm. Dengan demikian, kotoran dan air kencing mudah jatuh pada kolong, sementara tracak/kaki kado tidak terpelosok/terjepit.
Ukuran Kandang :
- Anak : 1 X 1,2 m /2 ekor (lepas sapih),
- Jantan dewasa : 1,2 X 1,2 m/ ekor
- Dara/ Betina dewasa :1 X 1,2 m /ekor
- Induk dan anak 1,5 X 1,5 m/induk + 2 anak
      Dasar kolong kandang digali sedalam ±20 cm dibagian pinggirnya dan 30-50 cm pada bagian tengah serta dibuatkan saluran yang menuju bak penampung kotoran. Kotoran kemudian dapat diproses untuk menjadi pupuk kandang. Jagalah selalu kebersihan kandang.

5.2 Pakan
      Pakan utama yang umum diberikan berupa hijauan segar, seperti rumput, legum(daun lamtoro dan turi, dll) atau aneka hijauan (daun singkong (protein cukup tinggi), daun nangka dan daun pepaya). Khusus legume dan aneka hijauan sebelum diberi pada ternak sebaiknya dilayukan terlebih dahulu 2-3 jam dibawah terik matahari untuk menghilangkan racun yang ada dalam hijauan tersebut.
      Selain pakan hijauan, dapat juga ditambah dengan pakan padat /konsentrat. Jenis yang dapat digunakan adalah bekatul, ampas tahu, ketela pohon (dicacah dahulu). Jenis pakan tersebut mudah dan murah dibeli dengan sumbangan yang cukup lumayan untuk kebutuhan nutrisinya. Kebutuhan setiap ekor kira-kira 3 kg per hari dengan komposisi 40% berkatul 40% ampas tahu dan 20% ketela pohon.
       Teknik pemberian konsentrat disarankan jangan bersamaan dengan hijauan,  karena pakan ini mempunyai daya cerna dan kandungan nutrisi yang berbeda dengan hijauan.  Jumlah pemberian konsentrat sekitar 1 kg/ekor/hari.

Contoh Pola Pemberian Pakan
            Pakan
Waktu
Hijauan
Konsentrat
Pagi
(±Pukul 08.00)
Rumput , Legume
Bekatul, ampas tahu, Ampas Singkong
Sore
(±Pukul 15.00)
Rumput , Legume
Bekatul, ampas tahu, ampas singkong
Catatan: Pemberian konsentrat disarankan diberikan saat kambing atau domba sudah banyak mengkonsumsi hijauan, tetapi belum terlihat kenyang.
    
Selain pemberian rumput dan konsentrat, masih dibutuhkan pakan pelengkap yang mengandung gizi ternak lengkap yang belum terdapat pada hijauan dan konsentrat untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi ternak.  Sehingga tujuan atau target dari budidaya ternak yaitu memiliki ternak dengan pertumbuhan optimal dan sehat dapat tercapai. Sebagai pakan pelengkap maka PT. NATURAL NUSANTARA mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus. Produk ini menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh Kambing/Domba, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.
       VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :
·   Asam-asam amino esensial, yaitu Arginin, Hiistidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein tubuh, pembentuk sel dan organ tubuh.
·   Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh kambing/domba dari serangan penyakit.
·   Mineral-mineral lengkap yaitu N, P, K,  Ca, mg , Cl dan lain-lain sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim untuk memperlancar proses metabolisme  dalam tubuh.
Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air minum atau komboran pakan konsentrat dengan dosis :
±10  cc atau 1 tutup botol VITERNA /ekor/hari. Penambahan VITERNA Plus tersebut dilakukan pada pemberian air minum atau komboran yang pertama.
5.3  Tatalaksana Reproduksi
Tata laksana reproduksi meliputi :
- Dengan pengelolaan yang baik kambing/domba
  dapat  melahirkan 7 bulan sekali.
- Perkawinan kembali setelah melahirkan 1bulan kemudian.
- Penyapihan anak dilaksanakan pada 3 – 4 bulan.
- Umur dewasa kelamin 8 - 10 bulan
- Siklus birahi 17 - 21 hari
- Lama birahi 24 - 40 jam, bila birahi pagi maka sore atau
   esok harinya harus dikawinkan
-Masa kebuntingan : 5 bulan.

VI. Pengendalian Penyakit
      Tindakan pertama yang dilakukan pada usaha pemeliharaan Kado adalah melakukan pencegahan terjangkitnya penyakit pada ternak. Beberapa langkah pencegahan adalah sebagai berikut :
·   Lahan yang digunakan untuk memelihara Kado harus bebas dari penyakit menular.
·   Kandang Kado harus kuat, aman dan bebas penyakit. Apabila digunakan kandang bekas kado yang telah terserang penyakit, kandang cukup dicucihamakan dengan disinfektan, kemudian dibiarkan beberapa saat. Apabila kandang tersebut bekas kado sehat cukup dicuci dengan air biasa.
·   Kado yang baru masuk sebaiknya dimasukkan  ke kandang karantina dulu dengan perlakuan khusus. Ternak yang diduga bulunya membawa penyakit sebaiknya dimandikan dan digosok dengan larutan sabun karbol, Neguvon, Bacticol Pour, Triatex atau Granade 5% EC dengan konsentrasi 4,5 gram/3 liter air. Untuk membasmi kutu, Kado dapat juga dimandikan larutan Asuntol  berkonsentrasi 3-6 gram/3 liter air.
·   Kandang dan lingkungan tidak boleh lembap dan bebas dari genangan air. Kelembapan yang tinggi dan genangan air mengakibatkan perkembangan nyamuk atau hewan sejenis yang menggigit dan menghisap darak ternak.
·   Dilakukan vaksinasi secara teratur. Vaksinasi bertujuan untuk mencegah terjangkitnya penyakit oleh Virus.

Beberapa  penyakit  yang  dapat   menyerang   Kado   adalah: 1) Penyakit parasit (kudis, kutu, cacingan); 2) Penyakit Bakterial (Antarks, Cacar mulut, Busuk Kuku); 3) Penyakit Virus (Orf); 4) Penyakit lain (Keracunan sianida, Kembung Perut, Keguguran). Hal penting dalam pengendalian penyakit adalah meningkatkan kesehatan ternak dan kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya serta monitoring/pengamatan yang kontinyu pada ternak sehingga apabila terdapat gejala penyakit, segera dapat diketahui jenis penyakit tersebut dan cara pencegahan dan pengobatannya.
Baca selengkapnya.... »