HASIL RISET 9 TAHUN
Kelihatannya mustahil. Tetapi, ini bisa dilakukan oleh Soemarno.
Insinyur Teknik Sipil UII ini menanam padi dengan media pasir. Dan itu sudah dikerjakan di area 500 meter persegi di kawasan Pantai Pandansimo Bantul. Ternyata hasilnya di luar dugaan. Beras jenis rajalele itu hingga sekarang sudah dipanen berkali-kali. Bukan hanya padi yang ditanam di kawasan tersebut. Tapi ada 17 jenis tanaman lain yang dibudidayakan. Termasuk kurma.
Budidaya padi di lahan pesisir ini sudah melalui riset selama 9 tahun dan hasilnya menakjubkan. Sayangnya, penelitian ini tidak banyak diketahui. Padahal ini merupakan salah satu alternatif yang bisa dimanfaatkan masyarakat petani, terutama yang tertarik menggarap lahan pesisir. Sekaligus ini bisa jadi objek wisata lain di kawasan pantai.
Budidaya padi di lahan pesisir ini sudah melalui riset selama 9 tahun dan hasilnya menakjubkan. Sayangnya, penelitian ini tidak banyak diketahui. Padahal ini merupakan salah satu alternatif yang bisa dimanfaatkan masyarakat petani, terutama yang tertarik menggarap lahan pesisir. Sekaligus ini bisa jadi objek wisata lain di kawasan pantai.
Untuk menanam padi dengan media pasir, menurut Soemarno, caranya mudah dan tidak perlu dicampur tanah. Tapi cukup dengan penambahan pupuk khusus untuk lahan pasir. Lahan yang akan digarap terlebih dahulu digali sedalam 30 cm. Kemudian diberi alas plastik agar kebutuhan air bagi tanaman padi tercukupi. Sedangkan untuk pengairan mengunakan pralon.
Selanjutnya pasir diolah dengan menambahkan pupuk dasar yang terdiri dari pupuk soil treatment untuk memperbaiki struktur tanah, pupuk organik dan Zat Perangsang Tumbuh (ZPT). Untuk 1 hektar lahan dibutuhkan 50 Kg pupuk dasar. Setelah itu pasir direndam selama 1 minggu dan siap digunakan sebagai media tanam.
Berbeda dengan menanam padi di sawah pada umumnya, budidaya padi di lahan pasir ini tidak perlu dicangkul maupun di-luku. Meski demikian, padi yang dihasilkan tidak kalah kualitasnya.
Berdasarkan ujicoba di Pandansimo, produktivitasnya minimal mencapai 7 ton per hektar. Dengan masa tanam selama 4,5 bulan. Padahal rekomendasi dari Departemen Pertanian, produktivitas padi rajalele yang ditanam di Delanggu hanya 3 ton per hektar.
”Lahan pasir untuk tanaman padi rajalele ini suatu fenomena. Karena di lahan seluas 3 hektar itu ada 17 komoditas yang sudah selesai kami teliti,” kata Direktur Indmira Citra Tani Nusantara Ir Soemarno (alm) di kantornya sekaligus laboratorium di Jalan Kaliurang Km 16,3 Selasa (10/6) lalu.
”Lahan pasir untuk tanaman padi rajalele ini suatu fenomena. Karena di lahan seluas 3 hektar itu ada 17 komoditas yang sudah selesai kami teliti,” kata Direktur Indmira Citra Tani Nusantara Ir Soemarno (alm) di kantornya sekaligus laboratorium di Jalan Kaliurang Km 16,3 Selasa (10/6) lalu.
Kecuali tanaman padi, ada juga jenis kacang-kacangan, bawang merah, pisang, kelapa sawit, jambu mete, kurma, jeruk sunkist, sawo juga kelengkeng. ”Kami selaku lembaga riset and development tugas kami melakuan riset by riset. Biar yang menanam nanti masyarakat. Yang kami santunkan untuk masyarakat adalah teknologinya dan manajemen produksi,” tandasnya. Tapi sejauh ini, belum ada petani yang mengembangkan budidaya padi di lahan pasir. Karena itu, apabila ada petani yang berminat mengembangkan hasil penelitian ini, Soemarno siap memberikan pendampingan.
Pengembangan tanaman padi di lahan pasir ini tentu bukannya tanpa kendala. Karena terletak di pinggiran pantai, kendalanya adalah angin laut yang selalu mengandung uap garam dan panas terik yang luar biasa. Juga pasir yang pernah direndam air laut selama jutaan tahun sebelumnya. ”Itu yang menjadi kendala teknologi,” ujarnya. Untuk itu perlu menggunakan wind barrier (tanaman cemara laut sebagai pelindung tanaman dari angin dan badai garam).
Hasil penelitian ini rupanya juga menarik perhatian dari berbagai pihak. Tidak terkecuali Menteri Pertanian yang melakukan peninjauan secara langsung di lahan pasir Pantai Pandansimo. Begitu juga masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.
Soemarno berikut tim penelitinya tentu bangga karena lahan pesisir yang semula gersang sekarang menjadi hutan. Riset yang dilakukan selama 9 tahun itu akhirnya membuahkan hasil. Bukan hanya dari orientasi produksi tapi juga perbaikan ekosistem. Dengan demikian, ini juga bisa dimanfaatkan untuk menambah daya tarik wisata studi.
Lahan yang digunakan untuk media penelitian itu, menurut Soemarno, disewa sejak tahun 1999 hingga 2011 mendatang. Ke depan, lahan itu akan diserahkan ke Pemerintah Daerah. Sebagai tambahan pengunaan pupuk yang digunakan beliau adalah hasil penemuannya dengan merek dagang NASA (Natural Nusantara)
Pengembangan tanaman padi di lahan pasir ini tentu bukannya tanpa kendala. Karena terletak di pinggiran pantai, kendalanya adalah angin laut yang selalu mengandung uap garam dan panas terik yang luar biasa. Juga pasir yang pernah direndam air laut selama jutaan tahun sebelumnya. ”Itu yang menjadi kendala teknologi,” ujarnya. Untuk itu perlu menggunakan wind barrier (tanaman cemara laut sebagai pelindung tanaman dari angin dan badai garam).
Hasil penelitian ini rupanya juga menarik perhatian dari berbagai pihak. Tidak terkecuali Menteri Pertanian yang melakukan peninjauan secara langsung di lahan pasir Pantai Pandansimo. Begitu juga masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.
Soemarno berikut tim penelitinya tentu bangga karena lahan pesisir yang semula gersang sekarang menjadi hutan. Riset yang dilakukan selama 9 tahun itu akhirnya membuahkan hasil. Bukan hanya dari orientasi produksi tapi juga perbaikan ekosistem. Dengan demikian, ini juga bisa dimanfaatkan untuk menambah daya tarik wisata studi.
Lahan yang digunakan untuk media penelitian itu, menurut Soemarno, disewa sejak tahun 1999 hingga 2011 mendatang. Ke depan, lahan itu akan diserahkan ke Pemerintah Daerah. Sebagai tambahan pengunaan pupuk yang digunakan beliau adalah hasil penemuannya dengan merek dagang NASA (Natural Nusantara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar