Kamis, 28 Maret 2013

BETERNAK SAPI PERAH

BETERNAK SAPI PERAH
I. Pendahuluan
        Peternakan sapi perah di Indonesia sebagian besar masih berskala kecil sehingga perlu diusahakan secara komersial dan intensif. Hal ini diperlukan karena adanya pertambahan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya sekitar 1,24% dan semakin meningkatnya daya beli dan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya mengkonsumsi susu sebagai minuman tinggi gizi/nutrisi untuk menunjang pertumbuhan dan kesehatan manusia dengan segala umur. Kebutuhan susu olahan di Indonesia sebesar 5 kg/kapita/tahun, tetapi baru terpenuhi dari dalam negeri sekitar 32%, sisanya 68% harus diimpor dari luar negeri. PT. NATURAL NUSANTARA  dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) berupaya menbantu budidaya sapi perah dengan sasaran peningkatan kualitas dan kuantitas susu sapi perah.

II. Potensi Usaha Peternakan Sapi Perah
Peternakan sapi perah merupakan usaha yang prospektif/menguntungkan. Sapi perah secara umum dapat menghasilkan susu sebanyak 4.500 liter per tahun. Dimana harga susu sapi perah cenderung lebih stabil dari tahun ke tahun. Peternak sapi perah bisa memperoleh hasil dalam dua minggu atau sebulan sekali dan berlangsung secara tetap sepanjang tahun.

III. Jenis-jenis Sapi Perah
A.    Friesh Holland, Guernsey
B.     Brown Swiss
C.     Milking Shorthorn
D.    Jersey

IV. Pemilihan bibit
Bibit bakalan sapi perah yang baik adalah sebagai berikut
1.      Berasal dari induk yang produktivitasnya tinggi dan pejantan yang unggul.
2.      Bentuk ambingnya baik, yaitu ambing yang besar, pertautan antar otot kuat dan memanjang sedikit ke depan, serta puting tidak lebih dari empat.
3.      Umur bibit sapi betina yang ideal adalah 1,5 tahun dengan bobot badan 300 kg. Sedang untuk pejantan berumur 2 tahun dengan berat 350 kg. 
4.      Sosok bibit sapi perah harus proporsional, tidak kurus dan tidak terlalu gemuk, bulu mengilat, kaki berdiri tegak, jarak kaki kanan dengan kaki kiri cukup lebar.
   
V. Tata Laksana Pemeliharaan
4.1 Perkandangan
      Kandang seekor sapi masa produksi membutuhkan lahan seluas 380 x 140 m = 5,32 m2. Luas lahan ini sudah termasuk selokan, jarak kandang dan tempat pakan. Kandang sapi dara siap bunting sampai bunting membutuhkan lahan 12 x 20 m = 240m2 untuk 10 ekor, dalam hal ini sapi-sapi dilepas secara berkelompok. Kandang pedet (anak sapi) butuh lahan seluas 150 x 120 cm = 1,8 m2.
Persyaratan umum kandang : 1) kandang untuk Sapi perah FH dan sapi perah dari eropa, bersuhu 15-210C, sapi peranakan FH bisa hidup di dataran rendah; 2) Air dan pakan hijauan harus tersedia; 3) Sirkulasi udara dan sinar matahari yang cukup sehingga kandang tidak lembap; 4) Lantai kandang selalu kering; 5) Tempat pakan yang lebar, 6) Air harus tersedia selalu sepanjang hari
4.2 Pakan
      Pakan sapi laktasi (sapi yang sedang produksi) diperlukan untuk hidup pokok dan produksi susu. Jika jumlah dan mutu pakan yang diberikan kurang, hasil susunya tidak akan maksimal. Agar lebih praktis, pemberian konsentrat adalah 50% dari jumlah yang dihasilkan (Rasio 1:2). Misalnya, seekor sapi perah menghasilkan susu 15 liter dalam satu hari, pakan konsentrat yang harus diberikan sebanyak 7,5 kg per hari. Konsentrat lebih berpengaruh terhadap kadar berat jenis susu dan produksi. Pemberian rumput tetap berpatokan 10% dari bobot hidup. Kualitas rumput atau hijauan akan mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan, terutama kadar lemaknya. Hijauan yang dapat diberikan untuk sapi perah yaitu : 1) limbah pertanian, seperti : daun jagung, daun kacang tanah, jerami padi, legume (daun lamtoro, daun turi); 2) Rumput lapangan; 3) Rumput hasil budidaya, seperti rumput gajah dan rumput raja. Khusus legume dan aneka hijauan sebelum diberi pada ternak sebaiknya dilayukan terlebih dahulu 2-3 jam dibawah terik matahari untuk menghilangkan racun yang ada dalam hijauan tersebut.
      Selain pakan hijauan, dapat juga ditambah dengan pakan padat /konsentrat. Jenis yang dapat digunakan adalah bekatul, ampas tahu, ketela pohon (dicacah dahulu). Jenis pakan tersebut mudah dan murah dibeli dengan sumbangan yang cukup lumayan untuk kebutuhan nutrisinya. Kebutuhan setiap ekor kira-kira 7,5 kg per hari dengan komposisi 40% berkatul 40% ampas tahu dan 20% jagung giling  atau ketela pohon.
       Teknik pemberian konsentrat disarankan jangan bersamaan dengan hijauan,  karena pakan ini mempunyai daya cerna dan kandungan nutrisi yang berbeda dengan hijauan.
Contoh Pola Pemberian Pakan
            Pakan
Waktu
Hijauan
Konsentrat
Pagi
(±Pukul 08.00)
Rumput , Legume
Bekatul, ampas tahu, Ampas Singkong
Sore
(±Pukul 15.00)
Rumput , Legume
Bekatul, ampas tahu, Ampas singkong
      Sementara itu, pemberian air sangat penting untuk produksi susu. Jumlah air yang diberikan tergantung dari produksi susu yang dihasilkan. Perbandingannya 1:4. Jadi air minum yang diberikan untuk menghasilkan 1 liter susu sebanyak 4 liter.
Selain pemberian rumput dan konsentrat, masih dibutuhkan pakan pelengkap yang mengandung gizi ternak lengkap yang belum terdapat pada hijauan dan konsentrat untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi susu.  Sehingga tujuan atau target dari budidaya sapi perah yaitu memiliki ternak dengan produksi susu tinggi berkualitas dan sehat dapat tercapai. Sebagai pakan pelengkap maka PT. NATURAL NUSANTARA mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus. Produk ini menggunakan teknologi asam amino dan mineral yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi perah, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.
       VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :
·   Asam-asam amino esensial, yaitu Arginin, Hiistidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein tubuh, pembentuk sel dan organ tubuh.
·   Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh kambing/domba dari serangan penyakit.
·   Mineral-mineral lengkap yaitu N, P, K,  Ca, mg , Cl dan lain-lain sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim untuk memperlancar proses metabolisme  dalam tubuh.
Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air minum atau komboran pakan konsentrat dengan dosis : ±10  cc atau 1 tutup botol VITERNA /ekor/hari. Penambahan VITERNA Plus tersebut dicampurkan pada komboran atau pakan basah, sehari 2 kali, yaitu pagi dan sore.

VI. Pengendalian Penyakit
      Tindakan pertama yang dilakukan pada usaha pemeliharaan sapi perah adalah melakukan pencegahan terjangkitnya penyakit pada ternak. Beberapa langkah pencegahan adalah sebagai berikut :
·   Lahan yang digunakan untuk memelihara sapi perah harus bebas dari penyakit menular.
·   Kandang sapi perah harus kuat, aman dan bebas penyakit. Apabila digunakan kandang bekas sapi yang telah terserang penyakit, kandang cukup dicucihamakan dengan disinfektan, kemudian dibiarkan beberapa saat.
·   Sapi yang baru masuk sebaiknya dimasukkan  ke kandang karantina dulu dengan perlakuan khusus. Ternak yang diduga bulunya membawa penyakit sebaiknya dimandikan dan digosok dengan larutan sabun karbol, Neguvon, Bacticol Pour, Triatex atau Granade 5% EC dengan konsentrasi 4,5 gram/3 liter air. Untuk membasmi kutu, sapi dapat juga dimandikan larutan Asuntol  berkonsentrasi 3-6 gram/3 liter air.
·   Kandang dan lingkungan tidak boleh lembab dan bebas dari genangan air. Kelembaban yang tinggi dan genangan air mengakibatkan perkembangan nyamuk atau hewan sejenis yang menggigit dan menghisap darak ternak.
·   Dilakukan vaksinasi secara teratur. Vaksinasi bertujuan untuk mencegah terjangkitnya penyakit oleh Virus.

Beberapa penyakit yang dapat menyerang Sapi perah adalah: 1) Penyakit parasit (kudis, kutu, cacingan); 2) Penyakit Bakterial (mastitis, Antarks, Cacar mulut, Busuk Kuku); 3) Penyakit Virus (Orf); 4) Penyakit lain (Keracunan sianida, Kembung Perut, Keguguran). Hal penting dalam pengendalian penyakit adalah meningkatkan kesehatan ternak dan kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya serta monitoring/pengamatan yang kontinyu pada ternak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar